Sabtu, 01 Agustus 2020

Pemahaman Majas Litotes Dan Pola Kalimatnya

Pada artikel sebelumnya kita sudah banyak membicarakan teladan majas yang lain. Seperti pola majas personifikasi, teladan majas ironi, teladan majas asosiasi, contoh majas metafora, pola majas sinekdoke, dan contoh majas metonimia. Pada kesempatan kali ini kita akan membicarakan acuan majas litotes. Dalam macam macam majas, majas litotes tergolong salah satu jenis majas kontradiksi. Majas litotes ialah jenis gaya bahasa yang bertujuan untuk menurunkan derajat atau merendahkan diri terhadap musuh bicara. Majas ini lazimnya terdengar agak berlebihan dan bertentangan dengan realita si pembicara yang bahwasanya. Berikut ini beberapa teladan majas litotes dalam kalimat : Saya hanyalah seorang pekerja intelek yang sehari-hari makan garam dan nasi putih. Saya menuntaskan S2 di Amerika dengan otak yang tumpul. Hanya televisi butut ini hiburan kami sehari-hari. Apalah dayaku cuma seorang biasa yang akan menyunting bidadari dunia sepertimu. Terimalah tanda cintaku yang tidak seberapa ini. Kami cuma hidup pas-pasan di kota besar ini. Sehari-hari kami cuma makan seadanya. Saya hanyalah orang biasa yang tidak pantas mendapatkan penghargaan ini. Mobil ini yaitu hasil perjuangan skala kecil kami. Mungkin kau tidak akan betah di rumahku yang cuma beralaskan tikar ini. Ayahku melakukan pekerjaan dengan menggunakan kendaraan beroda empat biasa. Aku memakai tas plastik ini ke sekolah. Menu warung ini bekal siangku hari ini. Bagaikan langit dan bumi, saya tidak layak jika disandingkan denganmu yang sempurna. Otakku takkan bisa mencerna bahan itu. Pakaian rombeng inilah yang menjadi kebanggaanku kemana aku pergi. Baju semahal ini takkan muat untukku yang bertubuh besar. Recehan demi recehan kukumpulkan untuk menghajikan orang tuaku tahun depan. Mungkin lembar-lembaran kertas ini bisa menutupi hutangmu. Kau mungkin belum pernah bertemu dengan orang sebodoh aku. Namaku yang kecil mana mungkin mampu disandingkan dengan pemain film populer itu. Peranku tidak begitu penting dalam proyek itu. Kususuri jalan setapak demi setapak menuju impian. Pegawai rendahan sepertiku tidak akan mampu berliburan ke tempat semewah itu. Aku yang buruk rupa takkan mampu bersanding denganmu yang jelita. Aku yang hanya bermodalkan ijazah sukses berkarir di suatu perusahaan ternama. Pemberian dariku takkan mampu membalas akal baikmu. Pantaskah saya mendapatkan penghargaan ini? Prestasi yang kuperoleh tidak ada apa-apanya kalau ketimbang prestasimu yang banyak. Kau lebih layak memenangkan pertarungan itu dibandingkan dengan aku. Tubuhku yang lemah tidak mungkin menyaingimu yang besar lengan berkuasa itu. Dia yang tampan takkan mungkin bersanding dengan diriku yang berparas pas-pasan. Jika kamu ada waktu datanglah ke pondok kami. Alas kaki ini ku beli ketika berlibur ke Yogyakarta. Meskipun seorang anak dokter, saya tetaplah seorang siswa biasa. Ini ialah coretan tanpa makna yang kupersembahkan untukmu. Aku yang amatiran ini takkan mampu menyaingimu yang profesional seperti itu. Aku hanyalah sebutir pasir dipadang pasir. Kugantungkan seuntai asa kepada putera sulungku itu. Rumah yang sekecil ini mungkin tidak menggembirakan bagimu. Bantuanku yang tidak seberapa ini mungkin mampu meminimalkan bebanmu. Aku yang setua ini mana patut bersekolah lagi. Aku yang berwajah pas-pasan ini mana mungkin ada yang mau meminang. Duduklah meskipun sekedar melepas letih. Tanganku senantiasa terbuka untukmu kapanpun kamu perlu. Diundang ke tempatmu saja aku telah senang. Silakan makan gabungan sederhana ini. Maaf, hanya sayur bening yang kami hidangkan. Badanku yang kurus kerempeng ini takkan mungkin mengungguli pertandingan atletik itu. Secuil cita-cita kugantungkan di sini. Meskipun memenangkannya, masih ada orang yang lebih ahli dariku. Jangankan mobil, rumah glamor saja aku takkan sanggup membelinya. Mungkin hanya dalam mimpiku untuk menjadi seorang dokter. Aku cuma berandai-andai mampu datang ke tempat ini. Jauh dari yang kubayangkan, saya berhasil mendapatkan beasiswa bergengsi itu. Kau takkan menemukan apa-apa dari diriku yang rendahan ini. Tidak ada yang mampu dibanggakan dari orang cacat sepertiku. Beristirahatlah di dipan kami. Lampu semprong ini tidak begitu terang bagimu. Penghasilanku hanya cukup untuk makan nasi kucing. Masih terlalu dini bila aku ikut proyek sebesar itu. Hidangan buka puasa kami hanya sebiji kurma. Penampilanku yang berserakan ini mana pantas disebut seorang direktur. Minumlah air gula ini sekedar pelepas dahaga. Cincin imitasi inilah bantuan dari ibuku. Aku tinggal di sebuah lahan sempit. Suaraku yang cempreng ini mungkin cuma jadi materi tertawaan. Ini hanya buah tangan dari kampung. Rumah sangat sederhana ini kawasan tinggalku bareng keluarga. Aku melakukan pekerjaan sehari-hari hanya menyanggupi kebutuhan dapur. Sebesar apapun usahaku mungkin tidak akan mampu lolos dalam tes itu. Rumah beratap jerami inilah hasil usahaku selama ini. Rajutan sederhana ini bantuan ulang tahun dari ibuku. Buku lama inilah yang mengantarkanku masukke universtias. Otakku yang kurang pintar ini takkan bisa menerima potensi emas itu. Hidangan kami sehari-hari hanya tahu dan tempe. Meskipun saudagar kaya, aku tetaplah seorang anak kampung. Meskipun tidak lezat, sudikah kau menjajal buatanku ini? Rumahku hanyalah rumah kayu biasa. Aku hanya mengandalkan kemampuanku yang terbatas untuk mencari rezeki. Tubuhku yang lemah ini takkan bisa menghidupimu. Usaha sampinganku menghantarkanku membuka toko di sebuah sentra perbelanjaan. Sekiranya anda mau menghadiri sambutan kecil kami. Aku hanya anak bawang di antara mereka. Lewat ungkapan sederhana ini kuucapkan rasa terima kasihku kepadamu. Usaha abal-abalku mendapatkan santunan dari keluargaku. Terimalah buah tangan murah ini. Mampirlah dulu meski seteguk air saja. Mobil-mobilan ini ialah hasil perjuangan keluargaku. Kertas buram mengantarkanku menduduki jabatan sekarang. Segenggam cita-cita menjadi modalku hidup di perantauan. Dia takkan tertarik denganku yang bangkotan ini. Aku hanyalah peternak sapi yang ingin mempunyai bisnis yang berhasil. Harta yang kupunya hanya sebidang tanah. Ilmuku yang tak seberapa ini mungkin bisa menyelesaikan masalahmu. Tanganku yang bergairah ini mungkin mampu sedikit menghilangkan pegalmu. Aku takkan sanggup melalui semuanya tanpa bantuan dari kalian semua. Sehebat apapun aku, tidak akan ada artinya tanpa kalian. Jangankan membeli yang gres, untuk makan saja saya susah. Orang desa sepertiku mana pantas menghadiri pesta itu. Hanya tubuh renta ini yang menjadi penyambung hidupku. Orang yang kuper seperti saya mana paham malasah yang kau ceritakan. Aku hanyalah seorang yang berpendidikan rendah. Tak ada yang istimewa dari diriku.  Semua yang kumiliki berkat karunia dari Tuhan. Orang sejorok aku takkan layak menjadi duta kebersihan. Dia yang setenar itu takkan mungkin berteman denganku yang rakyat biasa. Demikianlah bahasan perihal acuan majas litotes dalam kalimat. Semoga uraian diatas berguna.
Sumber https://e-the-l.blogspot.com


EmoticonEmoticon

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:o
:>)
(o)
:p
:-?
(p)
:-s
8-)
:-t
:-b
b-(
(y)
x-)
(h)