Paragraf Narasi - Acuan Paragraf Narasi Ihwal Pengalaman Diri Sendiri

Sebelumnya, kita telah mengetahui banyak sekali teladan paragraf narasi, seperti pola paragraf narasi pendek, contoh paragraf narasi singkat wacana liburan, dan teladan paragraf narasi ihwal pendidikan. Paragraf narasi sendiri ialah paragraf yang berisi kisah atau kejadian yang diceritakan secara runtut atau kronologis., dan tergolong salah satu diantara jenis-jenis paragraf berdasarkan isinya, selain paragraf deskripsi, paragraf argumentasi, serta teladan kalimat dan paragraf persuasi. Adapun ciri-ciri yang melekat pada paragraf ini antara lain: Adanya tokoh atau perilaku. Adanya latar tempat, waktu, dan suasana. Adanya tahapan alur dalam cerita yang terkandung di dalamnya. Ditulis secara kronologis atau berdasarkan urutan waktu yang diurut secara runtut. Seperti postingan-postingan sebelumnya yang sudah disebutkan di paragraf permulaan, artikel kali ini juga akan memperlihatkan pola paragraf narasi dengan tema tertentu, yakni pengalaman eksklusif. Tema ini memanglah salah satu tema menawan dan senantiasa menjadi tema untuk karya tulis lain, entah itu jenis-jenis puisi, jenis-jenis prosa, maupun karya tulis lalinnya.. Adapun acuan paragraf narasi wacana pengalaman diri tersebut yakni selaku berikut. Contoh Paragraf Narasi wacana Pengalaman Diri Setiap waktu sore di hari Minggu, aku senantiasa menyempatkan diri berlangsung-jalan ke taman kota untuk sekadar cuci mata atau menggerakkan tubuh. Setelah puas berjalan-jalan, aku biasanya mengistirahatkan diri duduk di bangku taman yang ada di pojok taman. Saat aku hingga ke dingklik taman dan hendak duduk di sana, ternyata telah ada sesosok perempuan yang duduk di dingklik taman itu. Tadinya, sehabis menyaksikan perempuan itu, aku mengurungkan niat untuk duduk di kursi taman. Namun, alasannya adalah telah letih, aku pun mau tidak mau duduk di samping perempuan tersebut. Bukan apa-apa, jikalau aku duduk di kursi taman itu, aku khawatir wanita tersebut menduga bahwa aku akan melaksanakan sesuatu yang tidak menyenangkan padanya. Dengan agak canggung, risikonya saya duduk di kursi taman tersebut. Aku cuma menyapa perempuan tersebut dengan senyuman, yang lalu dibalas olehnya dengan senyuman pula. Setelahnya, aku dan wanita itu pun diam selama 15 menit. Selepas itu, dia pun akibatnya membuka mulutnya dan kami pun hasilnya mengawali percakapan yang membuatku sedikit canggung di awal. Dari percakapan tersebut, saya mengenali bahwa wanita berjulukan Risti itu tengah jengah dengan suasana di rumahnya, di mana Ayah dan Ibunya simpulan-simpulan ini sering berkelahi dengan alasan yang tak terperinci. Sebagai pelarian, Risti pun menenangkan diri di dingklik taman yang biasa kududuki. Rencananya, sehabis ini beliau akan pergi ke rumah bibinya yang tak jauh dari taman tempat ia dan aku sekarang berada. Hari kian menjelang malam, saya dan wanita itu pun berpamitan. Aku pun pulang ke rumahku, sedangkan beliau pulang (lebih tepatnya kabur) ke tempat tinggal bibinya. Dan di sepanjang perjalanan pulang, aku mendoakan wanita itu di dalam hati agar problem keluarganya cepat tamat, dan dia pun bisa kembali tinggal dan berbahagia bersama keluarganya. Demikianlah teladan paragraf narasi tentang pengalaman diri dalam bahasa Indonesia. Semoga contoh di atas dapat dimengerti oleh pembaca sekalian. Adapun pembahasan soal paragraf narasi yang bertemekan pengalaman diri ini dicukupkan saja hingga di sini. Semoga bermanfaat dan mampu memperbesar wawasan bagi para pembaca sekalian, baik itu di ranah paragraf narasi khususnya, maupun bahasa Indonesia pada umumnya. Sekian dan terima kasih.
Sumber https://e-the-l.blogspot.com