Sabtu, 14 November 2020

15 Cara Penggunaan Tanda Koma Yang Benar Berdasarkan Eyd

Tanda koma merupakan salah satu tanda baca yang sungguh umum dalam penulisan bahasa Indonesia. Tanda koma ini memiliki fungsi dasar yaitu untuk memisahkan antara satu hal dengan bab lainnya sehingga tidak terjadi kesalahan makna pada dikala membaca sebuah kalimat/pernyataan maupun penulisan angka bilangan. Bentuk yang mudah dan sederhana dari tanda koma ternyata tidak diiringi dengan sistem penulisan atau penggunaan yang sederhana pula. Dalam artikel ini, kita akan membahas dan menjelaskan perihal penggunaan tanda koma. Pengertian Tanda Koma Menurut Oxford English Dictionary, kata koma berasal dari bahasa Yunani adalah “komma (κόμμα)” yang memiliki arti “sesuatu yang dipotong” atau “klausa pendek”. Tanda koma yakni tanda baca yang berbentuk mirip tanda petik tunggal (apostrof) yang diletakkan di bagian bawah atau garis dasar teks. Jika dilihat dari cara penulisannya tanda koma ini juga berbentuk seperti tanda titik yang mempunyai tangkai atau angka sembilan yang berukuran sangat kecil dan lubangnya ditutupi. Penggunaan Tanda Koma Menurut EYD Menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) yang Disempurnakan, terdapat 14 penggunaan dari tanda baca koma, yakni : 1. Digunakan untuk menuliskan unsur dalam sebuah rincian atau bilangan. Contoh : Saya, Ani dan Dion berjanji untuk melakukan pekerjaan ini tolong-menolong. Dalam pembahasan kali ini, diharapkan para pembaca dapat memahami pengertian, fungsi dan penggunaan tanda koma yang benar. 3,14 * 100 = 314 2. Digunakan untuk memisahkan antara satu kalimat setara dengan kalimat setara berikutnya, yang diawali oleh kata-kata tertentu (tetapi, melainkan, sedangkan, kecuali). Contoh : Saya ingin sekali ikut piknik sekolah itu, tetapi ibu tak mengizinkannya. Itu bukan kesalahanku, melainkan kesalahan abang. Ayah bertugas membersihkan halaman rumah, sedangkan ibu membersihkan ruangan didalam rumah. 3. Digunakan untuk memisahkan antara satu kalimat dengan kalimat yang lain, kalau kedudukan kalimat tersebut berlainan (induk kalimat dan anak kalimat) kemudian kalimat yang berkedudukan sebagai anak kalimat berada sebelum/di depan induk kalimat. Contoh : Jika Tuhan mengijinkan, kita pasti akan bertemu lagi di masa yang akan datang. Andai kau tidak secepatnya menarikku, mungkin aku sudah masuk ke jurang itu. Karena beliau menjadi juara satu, beliau mendapat kado liburan dari orang tuanya. 4. Digunakan di belakang sebuah kata atau ungkapan yang ialah penghubung antar kalimat (oleh alasannya adalah itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, walaupun begitu), kemudian penghubung tersebut berada di awal kalimat. Contoh : Oleh sebab itu, kau perlu berterus terang dan menceritakan insiden yang sebenarnya. Makara, kamu mesti segera menyelesaikan kesaalahpahaman ini supaya keadaan tidak makin kacau. Dengan demikian, kau berhak menerima penawaran spesial jabatan tahun ini. Sehubungan dengan itu, saya ingin meminta maaf atas nama ia. Meskipun begitu, kami tetap percaya bahwa ia akan melakukan peran ini dengan sebaik mungkin. 5. Digunakan untuk memisahkan beberapa kata (o, ya, wah, aduh, kasihan) dari kata-kata lain yang berada dalam satu kalimat. Contoh : O, saya kira kau tidak jadi ikut. Ya, saya paham dengan keadaanmu. Wah, kau benar-benar berbakat dalam melukis. Aduh, saya lupa menenteng buku perpustakaan yang kemarin kupinjam. Kasihan, nenek itu mesti tidur di bawah kolong jembatan karena rumahnya habis terbakar minggu lalu. 6. Digunakan untuk memisahkan kalimat petikan langsung dari bagian kalimat lainnya. Contoh : Dia berpesan padaku, “Jangan menaruh barang berguna di sembarangan daerah”. “Jangan pulang terlalu malam” kata Ayah ketika aku pamit keluar rumah tadi sore. “Sudahlah ikhlaskan saja, mungkin ini telah menjadi takdir Tuhan”, Nia berupaya untuk menghiburku. 7. Digunakan untuk memisahkan antara nama dan alamat, bagian-bagian alamat, yang ditulis secara berurut. Contoh : Seminar itu diadakan di Gedung B Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Jalan Raya Salemba No. 6, Jakarta. Resepsi pernikahannya di Gedung Permata, jalan lestari Indah No 27, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Wisuda tahun ini dijalankan di Hotel Horizon, Ancol, Jakarta Utara. 8. Digunakan untuk memisahkan kawasan dan tanggal, nama daerah dan wilayah/negeri yang ditulis secara berurut. Contoh : Akta itu di tandatangani di Semarang, 28 Juli 1988 Aku lahir di Jakarta, 6 September 1990. Dia di mutasi ke salah satu cabang perusahaannya yang berlokasi di Bekasi, Jawa Barat. 9. Digunakan untuk memisahkan penulisan nama penulis atau pengarang yang susunan namanya dibalik pada penulisan daftar pustaka. Contoh : Wahyuningsih, Sri. 2007. Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Rakyat. Ayu, Dian. 2011. Merintis Usaha Antara Keterbatasan. Yogyakarta: Gudang Ilmu. Arif, Muhammad. 2000. Penyebab Terjadinya Sesak Nafas. Bandung: Kreasi Kami. 10. Digunakan dalam penulisan catatan kaki. Contoh : Dian Ayu, Merintis Usaha Antara Keterbatasan. (Yogyakarta: Gudang Ilmu, 2011), hlm. 17. Sri Wahyuningsih, Pelajaran Bahasa Indonesia. (Jakarta: Pustaka Rakyat, 2008), hlm. 29. Muhammad Arif, Penyebab Terjadinya Sesak Nafas. (Bandung: Kreasi Kami, 2000), hlm. 11. 11. Digunakan untuk membedakan antara nama dengan gelar, pada penulisan gelar akademik. Contoh : Muhammad Fadil, S. Kom menjadi salah satu dosen terbaik untuk tahun ajaran 2015-2016. Setelah menjabat selama 5 tahun, alhasil Bapak Prayitno Adji, S.E., M.M. resmi mengundurkan diri dari jabatan rektor. Pasangan kandidat pengantin itu berjulukan Riani Sagita, S. Pd dan Adnan Khair, S.T. 12. Digunakan di depan angka persepuluhan atau antara rupiah dan satuan terkecil sen yang dinyatakan dengan angka. Contoh : Pada masa kecilnya nenek hanya diberi jajan sebesar Rp 20,50 oleh orang tuanya. Tinggi pohon kelapa itu yaitu 35,75 m. Rumah kami memiliki luas sebesar 200,32 meter persegi. 13. Digunakan untuk mengapit informasi komplemen dalam suatu kalimat yang sifatnya tidak terbatas. Contoh : Aku benar-benar salut dengan anak kecil itu, arif sekali. Kami hingga kehabisan kata-kata saat menyaksikan pemandangan di pulau terpencil ini, sangat indah. 14. Digunakan di belakang keterangan yang berada di awal kalimat yang bertujuan agar tidak terjadi kesalahan ketika membaca dan mengetahui maksud kalimat. Contoh : Untuk menghalangi penumpang yang membludak saat era liburan, pihak penyedia berbagai transportasi memaksimalkan harga tiket. Dalam keadaan yang serba kekurangan ini, kita tidak boleh cepat mengalah dan pasrah pada keadaan. 15. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan suatu petikan pribadi dalam satu kalimat, bila petikan pribadi itu diakhiri dengan tanda tanya (petikan pribadi berupa kalimat tanya). Contoh : “Bolehkah aku ikut berlibur ke puncak dengan keluarga Lia?” tanya Diah terhadap ibunya. “Apakah aku mampu menjadi seperti ayah ketika remaja nanti?” saya bertanya pada ayah. Demikianlah pembahasan ihwal penggunaan tanda koma yang benar berdasarkan EYD dalam bahasa Indonesia. Semoga berfaedah.
Sumber https://e-the-l.blogspot.com


EmoticonEmoticon