Sabtu, 29 Agustus 2020

Jenis-Jenis Makna Kata Dan Teladan Kalimatnya

Jenis-Jenis Makna Kata dan Contohnya dalam Bahasa Indonesia– Penggunaan bahasa untuk berkomunikasi sudah tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia sehari harinya. Satuan dari bahasa antara lain terdiri atas kata, frasa, dan kalimat. Kata kadang-kadang memiliki makna yang berlawanan-beda, tergantung pada konteks apa kata itu dipakai serta kalimat apa yang mengikuti penggunaan kata tersebut. Pengertian Makna Kata (Semantik) Seperti yang kita pahami, ‘kata’ ialah satuan terkecil dalam bahasa yang memiliki arti atau makna. Istilah ‘kata’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang ialah perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang mampu dipakai dalam berbahasa. Mansoer Pateda (2001) berpendapat jika ungkapan makna kata ialah kata kata dan ungkapan yang membingungkan. Untuk mengkaji ihwal makna kata, terdapat kajian khusus dalam linguistik, ialah kajian semantik. Kajian makna kata berdasarkan penggolongan semantik ialah cabang linguistik yang secara khusus meneliti dan mengkaji makna kata, asal permintaan kata tersebut, kemajuan penggunaan kata, serta penyebab terjadinya perubahan makna kata. Abdul Chaer (1994) dan J.W.M Verhaar (1996) mengemukakan pendapat serupa wacana pemahaman semantik, yakni cabang studi linguistic (kebahasaan) yang membahas arti atau makna. Jenis-Jenis Makna Kata Penggunaan kata yang beragam dalam keseharian mengakibatkan makna kata yang beragam pula dilihat dari sudut pandang yang berlainan beda. Jenis jenis makna kata yang secara umum banyak di kenal di penduduk antara lain: makna konotasi, makna denotasi, makna leksikal, makna gramatikal, makna kontekstual, dan sebagainya. Tidak ada penggolongan niscaya wacana jenis jenis makna kata. Berbagai ahli di dunia sudah mengemukakan pendapatnya tentang penggolongan makna kata, beberapa di antaranya yakni Abdul Chaer, Geoffrey Leech, serta Dr. Muhammad Mukhtar Umar. Jenis-Jenis Makna Kata berdasarkan Abdul Chaer Abdul Chaer mengelompokkan makna kata menjadi 13 jenis, yang mencakup: makna leksikal, makna gramatikal, makna kontekstual, makna referensial, makna non-referensial, makna denotatif, makna konotatif, makna konseptual, makna asosiatif, makna kata, makna istilah, makna idiom, dan makna peribahasa. Makna Leksikal Makna Leksikal mampu juga disebut makna bahwasanya. Makna Leksikal ialah makna yang cocok dengan hasil observasi indra yang dimiliki manusia, sehingga makna yang tercipta ialah makna yang sebenarnya, apa adanya, dan terdapat dalam kamus (makna dalam kamus sering disebut dengan makna dasr atau makna faktual). Makna ini bersifat tetap dan pasti alasannya mengikuti kamus yang ada. Kamus yang menjadi teladan dalam bahasa Indonesia yakni Kamus Besar Bahasa Indonesia. Misalnya leksem ‘kuda’ merupakan sejenis binatang berkaki empat yang dipakai sebagai alat transportasi atau ‘air’ berarti sejenis barang cair yang umum digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Contoh lain makna leksikal: Makan : (dalam KBBI) – memasukkan kuliner pokok ke dalam mulut serta menguyahnya dan menelannya; arti lainnya – menggunakan, memerlukan, atau menghabiskan (waktu, biaya, dan lain sebagainya). Lari : (dalam KBBI) – melangkah dengan kecepatan tinggi; arti lainnya – hilang atau senyap; arti lainnya – pergi (keluar) tidak dengan cara baik (tidak sah), kabur. Tidur : (dalam KBBI) – dalam kondisi berhenti (mengaso) badan dan kesadarannya (lazimnya dengan memejamkan mata). Meja : (dalam KBBI) – perkakas (perabot) rumah yang mempunyai bidang datar sebagai daun mejanya dan berkaki sebagai penyangganya (bermacam – macam bentuk dan gunanya). Anak : (dalam KBBI) – keturunn yang kedua; arti yang lain – manusia yang masih kecil; hewan yang masih kecil; arti lainnya – orang yang berasal dari atau dilahirkan di (suatu negeri, daerah dan sebagainya). Ajar : (dalam KBBI) – petunjuk yang diberikan kepada orang agar diketahui (diturut) Buah : (dalam KBBI) – bagian flora yang berasal dari bunga atau pitik (umumnya berbiji). Mandi : (dalam KBBI) – membersihkn badan dengan air dan sabun (dengan cara menyiramkan, merencamkan diri dalam air dan sebagainya). Tenggelam : (dalam KBBI) – masuk terbenam ke dalam air; arti lainnya – tenggelam (perihal perahu atau kapal). Makna Gramatikal Sesuai namanya, makna gramatikal ialah makna yang timbul akibat dari adanya proses gramatikal atau proses tata bahasa. Proses gramatikal antara lain: proses kompisisi, proses reduplikasi, proses afiksasi, serta proses komposisi atau kalimatisasi. Misalnya, proses aplikasi awalan (prefiks) ber- pada kata ‘baju’, menjadi ‘berbaju’, melahirkan makna gramatikal ‘mengenakan atau memakai baju’. Lalu pada kata ‘berkuda’ memiliki makna gramatikal mengendarai kuda. Contoh lain pada proses komposisi kata dasar ‘sate’ dan ‘lontong’, menjadi kata ‘sate lontong,’ menjadikan makna gramatikal ‘sate bercampur lontong’. Makna Kontekstual Makna kontekstual merupakan makna dari suatu kata atau leksem yang timbul menurut sebuah konteks tertentu. Misalnya makna konteks kata ‘kepala’ akan berlainan antara frasa ‘kepala nenek’, dengan ‘kepala surat’, maupun ‘kepala sekolah’, atau ‘kepala jarum’, dan lain sebagainya. Contoh lainnya, Misal pada kalimat ‘tiga kali empat berapa?’, apabila ditanyakan pada murid sekolah dasar, maka kalimat tersebut mempunyai makna menanyakan hasil perkalian matematik antara bilangan tiga dan empat. Sedangkan, bila pertanyaan tersebut dilontarkan kepada tukang foto, maka kalimat tersebut mempunyai makna kontekstual menanyakan harga cetak foto ukuran tiga kali empat centimeter. Makna Referensial Makna referensial memiliki arti, ialah maka yang mempunyai referensi atau acuannya dalam dunia positif. Misalnya kata ‘saya’, pada kalimat (“Tadi saya berjumpa dengan Ani”, Kata Anwar pada Budi) makna kata ‘saya’ mengacu pada Ani, sedangkan pada kalimat (“Saya ingin bertemudengan beliau”, kata Budi) makna kata ‘aku’ mengacu pada Budi. Makna Non-referensial Makna non-referensial merupakan musuh dari makna referensial. Makna non-referensial merupakan makna pada kata yang tidak memiliki pola di dunia konkret. Sebagai teladan kata ‘dan’, ‘atau’, ‘alasannya adalah’, ‘maka’, ‘sebab’, ‘jikalau’. Kata kata tersebut tidak memiliki acuan yang terperinci. Makna Denotatif Makna denotatif mirip yang telah kita ketahui ialah makna orisinil, makna asal, atau pun makna bahwasanya yang diimiliki suatu kata dan tidak mempunyai makna tersembunyi lain di dalamnya. Hampir sama dengan makna leksial, makna denotatif mengacu pada makna yang ada pada kamus atau literatur bahasa lain. Contoh kata ‘bunga’ memiliki artian denotatif tumbuhan bunga yang tumbuh di taman. Contoh lain makna denotatif: (1) Sikat : (dalam KBBI) – pembersih yang dibuat dari bulu (ijuk, serabut, dan sebagainya) diberi berdasar dan berpegangan (bermacam – macam rupa). Sikat gigi merek X diklaim oleh produsennya sebagai sikat gigi yang direkomendasikan oleh empat dari lima dokter gigi di dunia. Noda rendang di bajuku sulit hilang meski telah aku rendam semalaman dan saya sikat berkali – kali. (2) Sapu : (dalam KBBI) – alat rumah tangga dibentuk dari ijuk (lidi, sabut, dan sebagainya) yang diikat menjadi berkas, diberi bertangkai pendek atau panjang untuk membersihkan bubuk, sampah dan sebagainya. Setiap pagi dan sore hari, dia berkala menyapu halaman rumahnya. Sapu yang dibeli Dita di pasar tadi ternyata kualitasnya jelek, buktinya gres digunakan berjam-jam ijuknya sudah lepas kemana – mana. Sapu melayang cuma ada di kisah – dongen sihir mirip Harry Potter karangan J.K. Rowling. Makna Konotatif Makna konotatif ialah kebalikan dari makna denotative. Makna konotatif merupakan makna lain yang ditambahkan pada sebuah kata yang bekerjasama dengan nilai rasa seseorang atau kalangan yang menggunakan kata tersebut. Misalnya, kata ‘kurus’, ‘ramping’, dan ‘kerempeng’ merupakan kata-kata yang bersinonim. Kata ‘kurus’ mengacu pada kondisi tubuh seseorang yang lebih kecil dari ukuran normal. Kata ‘ramping’ yang bersinonim dengan kata ‘kurus’ memiliki konotasi konkret, yaitu nilai yang mengenakkan, atau dengan kata lain oerang akan senang kalau dikatakan ramping. Sedangkan kata ‘kerempeng’ merupakan persamaan kata kata ‘kurus’ yang mempunyai makna konotatif negative, atau orang akan merasa tidak senang atau tidak nyama bila dikatakan kerempeng. Contoh yang lain kata ‘bunga’ yang memiliki arti flora yang elok akan mempunyai makna yang serupa dengan kata ‘bunga’ pada frasa ‘bunga desa’ yang mempunyai arti gadis tercantik atau yang menjadi incaran cowok di sebuah desa. Contoh lain makna konotatif: Lagu ‘Gugur Bunga’ diciptakan untuk menghormati dan mengenang jasa para bunga bangsa yang gugur di medan (Artinya: Lagu ‘Gugur Bunga’ diciptakan untuk menghormati dan mengenang jasa para satria yang gugur di medan perang.) Dia merupakan asisten pimpinan organisasi tersebut, sehingga kemampuannya tidak perlu disangsikan lagi. (Artinya: Dia merupakan orang keyakinan pimpinan organisasi tersebut, sehingga kemampuannya tidak perlu disangsikan lagi.) Sekolah Menengan Atas 3 Jayakarsa menyapu higienis semua medali emas di ajang Olimpiade Sains Nasional (OSN) tahun ini (Artinya: SMA 3 Jayakarsa memenangkan semua medali emas di ajang Olimpiade Sains Nasional (OSN) tahun ini.) Ari berkeringat cuek menanti giliran wawancara kerjanya siang ini. (Artinya : Ari nervous menunggu giliran wawancara kerjanya siang ini.) Rubah itu tertangkap tangan saat akan memangsa telur – telur ayam milik warga. (Rubah itu tertangkap pribadi saat insiden saat akan memangsa telur – telur ayam milik warga.) Makna Konseptual Makna konseptual ialah makna yang dimiliki oleh sebuah kata yang terlepas dari konteks maupun asosiasi apapun. Dengan kata lain makna konseptual merupakan makna yang terkandung pada kata yang berdiri sendiri. Misal kata ‘sawah’ memiliki makna ladang atau tempat untuk bercocok tanam padi. Makna Asosiatif Makna asosiatif ialah makna kata yang muncul sebab adanya relasi kata tersebut dengan hal lain di luar bahasa. Misal pada kata ‘hitam’ yang berasosiasi pada sesuatu yang jahat atau negatif. Begitu pula dengan kata ‘putih’ yang berasosiasi dengan hal hal yang suci, kebenaran, ataupun kebaikan. Makna Kata Makna kata merupakan makna yang bersifat biasa , gambaran agresif, dan tidak terperinci. Makna ini menjelaskan beberapa kata selaku kata yang berarti biasa atau sama. Sebagai teladan pada kalimat ‘tangannya terkilir karena jatuh’ dan ‘lengannya terkilir karema jatuh’, pada kalimat kalimat tersebut kata ‘tumit’ dan ‘kaki’ mempunyai makna yang sama atau dalam istilah lain kata kata tersebut bersinonim. Makna Istilah Makna ungkapan merupakan kebalikan dari makna kata. Makna ungkapan bersifat terperinci, tidak meragukan, serta cuma dipakai pada suatu bidang keilmuan ataupun acara tertentu saja. Misal kata ‘lengan’ dan ‘tangan’ pada ilmu kedokteran, keduanya merupakan bab anatomi tubuh tang berbeda. Istilah ‘lengan’ mengacu pada bagian tubuh mulai dari bab siku hingga ke pangkal bahu, sedangkan perumpamaan ‘tangan’ mengacu pada bagian tubuh mulai dari jari jari tangan hingga ke siku. Makna Idiom Makna idiom atau makna idiomatic ialah makna kata yang terdapat pada kalangan kata tertentu, di mana makna yang terbentuk berbeda dengan makna asli dari kata tersebut. Asal usul kedatangan makna kata tersebut atau frasa tersebut tidak dikenali. Pengertian makna idiom hampir mirip dengan makna konotasi. Sebagai teladan pada frasa ‘ringan tangan’ bukan memiliki arti tangan tersebut mesti memiliki bobot yang ringan, melainkan penggunaan frasa tersebut mengacu pada sifat ‘yang suka membantu’. Makna Peribahasa Makna peribahasa memiliki pemahaman yang mirip dengan makna idiom, yaitu makna yang timbul alasannya pembentukan frasa atau kumpulan kata tertenu. Bedanya dengan makna idiom, makna peribahasa  memiliki asal ajakan yang masih mampu ditelusuri. Contoh makna peribahasa terdapat pada kalimat ‘dua orang tersebut bagai anjing dan kucing’, ‘frasa anjing dan kucing’ mempunyai makna ‘tidak pernah akur’, makna ini masih berasosiasi bahwa hewan kucing dan anjing pada kenyataannya memang selalu adu dikala berjumpa . Contoh lain pada frasa ‘selebar daun kelor’, frasa tersebut memiliki arti sempit atau kecil, makna ini berasosiasi pada realita jikalau daun kelor ialah daun yang kecil. Jenis-Jenis Makna Kata berdasarkan Goeffrey Leech Geoffrey Leech menggolongkan makna kata menjadi tujuh jenis, yang meliputi: makna konotatif, makna stilistik, makna afektif, makna refleksi, makna kolokatif, makna konseptual, serta makna tematik. Makna Konotatif Seperti yang sudah diterangkan sebelumnya, makna konotatif merupakan makna lain yang disertakan pada sebuah kata yang berafiliasi dengan nilai rasa seseorang atau golongan yang memakai kata tersebut. Misal pada kata ‘wanita’ dan ‘wanita’, di penduduk pengguunaan kata ‘wanita’ mempunyai konotasi konkret, sedangkan kata ‘wanita’ memiliki konotasi yang negatif. Makna Stilistik Makna stilistika merupakan makna yang muncul karena gaya pemilihan kata sehubungan dengan perbedaan sosial (strata) dan bidang aktivitas di dalam masyarakat. Sebagai teladan penggunaan kata ‘rumah’, ‘pondok’, ‘vila’, ‘keraton’, ‘gubuk’, ‘kediaman’, dan ‘resindensi’. Kata kata tersebut secara biasa memiliki artian daerah tinggal manusia, akan namun kata ‘keraton’ penggunaannya ditujukan untuk tempat tinggal raja dan ratu, kata ‘vila’ digunakan untuk daerah tinggal selama liburan. ‘gubuk’ dipakai untuk ‘tempat tinggal sederhana’, dan lain sebagainya. Perbedaan penggunaan kata kata tersebut menimbulkan makna yang berlainan. Makna Afektif Makna afektif merupakan makna yang berafiliasi dengan perasaan pembicara  kepada lawan bicara atau objek yang dibicarakan. Makna afektif akan lebih tampakperbedaannya dengan makna lain kalau dipakai secara verbal. Sebagai pola kalimat ‘mohon hening’ dan ‘tutup ekspresi kalian’ memiliki pesan yang sama, yakni meminta seseorang untuk diam. Namun, kalimat ‘mohon damai’ memiliki makna yang terdengar halus, sedangkan kalimat ‘tutup ekspresi kalian’ memiliki makna dengan konteks yang lebih garang. Makna Refleksi Makna refleksi merupakan makna yang muncul pada ketika penutur menanggapi apa yang ia lihat. Makna refleksi akan lebih ekspresif ketika dipakai secara verbal, acuan makna refleksi mirip: aduh, wah, oh, astaga, ah, yah. Makna Kolokatif Makna kolokatif merupakan makna yang muncul pada kata kata bersinonim, namun penggunaan masing masing kata yang bersinonim tersebut mempunyai ciri ciri tertentu. Misalnya kata ‘tampan’ dan ‘elok’ mempunyai makna yang sama, yakni mempunyai rupa  yang indah atau dikagumi. Akan tetapi kata ‘tampan’ identik dengan pria, sedangkan kata ‘anggun’ identik dengan wanita. Makna Konseptual Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, makna konseptual ialah makna yang dimiliki oleh sebuah kata yang terlepas dari konteks maupun perkumpulan apapun. Dengan kata lain makna konseptual ialah makna yang terkandung pada kata yang bangun sendiri. Misal kata ‘kuda’ mempunyai makna hewan mamalia berkaki empat yang dimanfaatkan selaku moda transportasi. Makna Tematik Makna tematik merupakan makna yang disampaikan berdasarkan cara penuturannya atau pun cara penataan pesannya, yang meliputi urutan, konsentrasi, dan aksentuasi. Nilai komunikatif tersebut dipengaruhi pula oleh penggunaan kalimat aktif dan kalimat pasif. Sebagai pola pada kalimat ‘Mata kuliah apa yang diajarkan oleh Pak Anang?’ merupakan kalimat tanya yang menekankan pada objek. Sedangkan pada kalimat ‘Siapakah yang mengajar mata kuliah Bahasa Indonesia?’ merupakan kalimat tanya yang menekankan pada subjek. Jenis Jenis Makna Kata berdasarkan Dr. Muhammad Mukhtar Umar Dr. Muhammad Mukhtar Umar mengggolongkan makna kata menjadi lima jenis, yang meliputi: makna dasar atau makna asasi, makna tambahan, makna gaya bahasa (style), makna nafsi atau makna objektif, serta makna ihaa’i. Makna Dasar atau Makna Asasi Makna dasar atau makna asasi sering disebut pula selaku makna awal atau makna utama. Makna dasar ialah makna pokok dari suatu kata. Misal pada kata ‘perempuan’ yang memiliki makna dasar ‘insan, bukan laki-laki, dan dewasa’. Makna Tambahan Makna embel-embel merupakan makna yang timbul di luar makna dasarnya. Misal pada kata ‘wanita’ memilki makna pemanis ‘makhluk yang lembut perasaannya, labil jiwanya, dan emosional’ atau mampu juga dimaknai sebagai ‘makhluk yang bakir memasak dan suka berdandan’ Makna Gaya Bahasa (Style) Makna gaya bahasa merupakan makna yang muncul sebab menggunaan bahasa tersebut. Penggunaan bahasa meliputi penggunaan bahasa untuk sastra, penggunaan bahasa resmi, baha pergaulan dan lain sebagainya. Misal dalam bahasa Inggris, penggunaan kata ‘Dad’ digunakan untuk panggilan mesra dari seorang anak untuk ayahnya, sedangkan ‘father’ dipakai sebagai panggilan hormat dan sopan pada ayahnya, sehingga meskipun bersinonim kata ‘dad’ terkesan lebih intim dibandingkan kata ‘father’, kalau dalam bahasa Indonesia penggunaan kata ‘dad’ dan ‘father’ memiliki konteks yang sama dengan penggunaan kata ‘ayah’ dan ‘ayahanda’. Makna Nafsi atau Makna Objektif Makna nafsi atau makna objektif merupakan makna yang timbul karena perbedaan lafadz.Makna ini mengacu pada kata kata dalam bahasa yang membedakan pelafalan kata, mirip bahasa Arab dan bahasa Cina, di mana perbedaan pelafalan sebuah kata mensugesti makna yang timbul. Makna Ihaa’i Makna Ihaa’I merupakan makna yang berhubungan dengan sudut pandang penggunaannya. Secara ringkas, makna yang masuk dalam makna ihaa’I antara lain: makna kontekstual, makna kiasan atau makna peribahasa, dan lain sebagainya. Sekian postingan yang mengulas ihwal jenis jenis makna kata dan contohnya dalam bahasa Indonesia. Semoga postingan ini berfaedah
Sumber https://e-the-l.blogspot.com


EmoticonEmoticon