Senin, 02 November 2020

Kumpulam Acuan Memoar Singkat Yang Memberi Gagasan

Kumpulam Contoh Memoar Singkat yang Menginspirasi. Sebelumnya, kita telah membahas apa itu memoar, mulai dari pemahaman dan pola memoar, cara menulis memoar, hingga perbedaan autobiografi dan memoar. Pada postingan kali ini, kita akan mengetahui seperti apa acuan dari sebuah memoar. Contoh memoar sendiri memang telah pernah ditampilkan di postingan sebelumnya. Namun, untuk menambah rujukan soal teladan memoar, maka pola memoar pun menjadi bahasan utama di artikel ini. Adapun pola memoar yang ditampilkan yakni beberapa contoh memoar yang ditulis secara singkat. Contoh-teladan tersebut mampu disimak sebagaimana berikut ini! Contoh 1: Pagi pun datang lagi hari ini.  Ini ialah pagi kesekian di kehidupanku. Aku tak tahu apakah pagi ini akan menjadi pagi yang Istimewa atau tidak. Yang aku tahu yaitu bahwa pagi ini aku terus mandi, menggosok gigi, membereskan kawasan tidur, sarapan, dan pergi ke sekolah. Aku tak tahu apakah pagi ini spesial atau tidak. Yang saya tahu, aku mesti hingga ke sekolah sempurna waktu, biar tak dimarahi oleh pak guru. Aku tak tahu apakah pagi ini spesial atau tidak, sampai risikonya insiden itu terjadi. Saat itu, aku tengah berlari menuju gerbang sekolah karena cemas gerbang sekolah akan secepatnya ditutup. Aku hampir telat ke sekolah ketika itu. Angkot yang kunaiki mogok, sehingga waktuku pun tersita di jalan dan membuatku nyaris kena murka pak guru sebab telat ke sekolah. Akhirnya saya hingga juga di depan gerbang sekolah. Beruntung, gerbang masih buka. Aku pun balasannya berjalan dengan santai masuk ke gerbang sekolah. Saat asyik berjalan, tiba-tiba aku tertabrak oleh seseorang yang berlari menuju ke arahku. Aduh maaf, ya. Aku lari-lari soalnya saya kebelet mau ke kamar mandi. Ujarnya. Aku tak menjawab ucapannya saat itu. Aku kadung terkesima oleh sosok orang yang menabrakku itu. Dan semenjak ketika itulah, saya mengenali apakah pagiku ini spesial atau tidak. Contoh 2: Aku masih terduduk di sini, di sebuah halte di pinggiran jalan raya kota ini. Menunggu bus menjadi argumentasi utama aku berada di sini. Di sini saya tinggal sendiri. Sebetulnya, ada beberapa orang yang sempat duduk di sini. Namun, mereka beruntung karena sudah bertemu dengan bus yang mau mereka naiki. Kini, tinggal saya sendiri yang menanti bus di sini. Lima belas menit berlalu, bus yang kutunggu tak kunjung datang. Sebetulnya aku mampu saja naik kendaraan lain, angkot contohnya. Tetapi, bila naik kendaraan lain saya tak mampu karena ongkosnya pasti kemahalan. Aku pun juga bergotong-royong bisa menaiki transportasi online. Namun, sialnya ponselku mati total dan saya lupa menenteng charger dan juga powerbank. Kaprikornus, tak ada opsi lain selain terus menanti di halte ini. Seorang perempuan seusiaku tiba-tiba ikut duduk di halte ini. Perempuan itu pun datang-datang memperkenalkan dirinya padaku dan perincangan kami pun dimulai. Kami berbincang tentang apa saja yang mampu kami perbincangkan dikala itu. Tanpa terasa, bus yang kunanti pun sudah tiba. Aku menaikinya dan berpamitan pada perempuan itu. Sebelum masuk ke dalam bus, saya sempat menoleh ke belakang untuk melihat sosoknya lagi. Kuakui, aku masih rindu dan ingin memandang parasnya sekali lagi. Tapi, tanpa kuduga, sosok wanita itu tiba-datang hilang begitu saja. Demikianlah beberapa acuan memoar pendek dalam bahasa Indonesia. Jika pembaca ingin memperbesar referensi soal karangan, maka pembaca mampu membuka artikel jenis-jenis karangan ilmiah, jenis-jenis katangan semi ilmiah, jenis-jenis karangan berdasarkan cara penyajiannya, dan postingan jenis-jenis karangan berdasarkan bobot isinya. Semoga bermanfaat.
Sumber https://e-the-l.blogspot.com


EmoticonEmoticon