Senin, 06 Juli 2020

Pemahaman Puisi Himne Dan Contohnya

Beberapa contoh puisi sudah pernah diperlihatkan sebelumnya. Adapun acuan-acuan tersebut antara lain teladan puisi singkat, contoh puisi 3 bait tentang Ibu, dan pola puisi 3 bait tentang sobat. Kali ini, kita juga akan menunjukkan beberapa pola puisi lainnya dari jenis puisi tertentu, di mana jenis puisi tersebut yakni himne. Puisi tersebut merupakan puisi yang berisi kebanggaan kepada Tuhan, tanah air, atau hero. Himne sendiri tergolong ke dalam salah satu macam-macam puisi baru menurut isinya, selain pola puisi epigram dan contoh puisi balada. Adapun pola puisi himne dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut. Contoh 1: Adaku Tiada¹ Karya: Candra Malik Allah, saya kesepian. Dalam sendiriku, yang ada Engkau saja, Di mana saya, tak perlu lagi ditanya. Di mana Engkau, tak usah lagi dijawab Sepiku Sendiri-Mu, Sepi-Mu sendiriku. Allah, saya sunyi. Dalam diamku, tiada ucapan selain Nama-Mu. Tak ada yang sentuh heningku, jangkau Sepi-Mu. Aku dalam selaput Rahasia Dikau. Allah, saya duka. Dalam pedihku, perpisahan kuratapi. Dalam perihku, perjumpaan kudambai. Duka ini abadi, luka ini semakin jadi. Kurindu rindu-Mu, kucinta Cinta-Mu. Allah, aku binasa. Daku tiada ada selain sirna. Diriku lenyap, Diri-Mu senyap. Musnah sudah segala muka. Maha Agung Engkau Paduka, Zat Yang Awal Kekal Ada. Solo, 22 Januari 2009. ¹Candra Malik, Asal Muasal Pelukan, (Yogyakarta, Bentang Pustaka:2016), hlm 84-85. Contoh 2: Tak Pernah Pergi² Karya: Candra Malik Hanya namamu kupanggil. Cinta dan Rindu menggigil. Engkau adlah jiwa itu sendiri, engkau bagiku tubuh ruhani. Segala yang t’lah kuserahkan, bermetamorfosis selaku kesunyian. Darimu saya belajar perihal sepi, darimu saya mencar ilmu menyendiri. Derita dan bahagia ialah kini, terasa sama saja di dalam hati. Hidup ialah tentang kini, ihwal datang, perihal pulang. Engkau t’lah menanam dasar,. Biarlah ini yang kugenggam tegar. Engkau tak pernah pergi, senantiasa hadir dengan wujud suci. Bagiku tiada yang datang-tiba, dan bagiku Dia Maha Seketika. Perjalanan ialah pengasuhan, dan engkau ialah pengalaman Surabaya, 2013 ²Ibid, hlm 105-106. Contoh 3: Dipenogoro³ Karya: Chairil Anwar Di periode pembangunan ini Tuan hidup kembali Dan bara kagum menjadi api Di depan sekali tuan menanti Tak gentar. Lawan Banyaknya seratus kali. Pedang di kanan, keris di kiri Berselempang semangat yang tak mampu mati MAJU Ini barisan tak tak bergenderan-berpalu Kepercayaan tanda menyerbu. Sekali bermakna. Sudah itu mati. MAJU Bagimu Negeri Menyediakan api. Punah di atas menghamba Binasa ditindas ditinda Sungguhpun dalam akhir hayat baru tercapai Jika hidup mesti merasai Maju. Serbu. Serang. Terjang. Februari, 1943 ³Chairil Anwar, “Dipenogoro”, Kakilangit (Horison), April 2016, hlm 3. Demikianlah beberapa contoh puisi himne dalam bahasa Indonesia yang bisa diperlihatkan pada postingan kali ini. Jika pembaca ingin mengetahui acuan-acuan dan jenis-jenis puisi lainnya, pembaca mampu membuka beberapa artikel berikut, yaitu pola puisi lama syair, acuan puisi lama seloka, teladan puisi usang mantra, pola puisi kekinian supra kata, acuan puisi kekinian mbeling, pola puisi kontemporer tipografi, acuan puisi kontemporer multilingual, jenis-jenis puisi lama, jenis-jenis puisi baru, dan macam-macam puisi gres menurut bentuknya. Untuk pembahasan kali ini dicukupkan saja hingga di sini. Semoga berguna dan bisa memperbesar wawasan bagi para pembaca sekalian, baik itu di dalam ranah puisi khususnya, maupun bahasa Indonesia pada umumnya. Sekian dan terima kasih.
Sumber https://e-the-l.blogspot.com


EmoticonEmoticon

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:o
:>)
(o)
:p
:-?
(p)
:-s
8-)
:-t
:-b
b-(
(y)
x-)
(h)