Senin, 20 Juli 2020

Pengertian Puisi Baru Distikon Dan Terzina Dan Pola Puisinya

Contoh Puisi Baru Distikon dan Terzina dalam Bahasa Indonesia. Berdasarkan bentuknya, terdiri dari berbagai macam, di mana macam-macam puisi berdasarkan bentuknya tersebut adlaah puisis distikon dan terzina. Secara sederhana, distikon ialah puisi yang tiap baitnya mengandung dua baris atau larik. Sementara itu, terzina ialah puisi yang tiap baitnya terdiri atas tiga baris atau larik. Untuk mengenali mirip apa contoh dari kedua jenis puisi ini, maka pada postingan kali ini keduanya akan ditampilkan beberapa misalnya. Adapun pola tersebut mampu dilihat sebagaimana berikut ini! A. Contoh Puisi Baru Distikon Contoh 1: Hutan Karet* Karya: Joko Pinurbo -in memoriam, Sukabumi Daun-daun karet berantakan. Berserakan di hamparan waktu. Suara simpanse di dahan-dahan. Suara kalong mengusir petang. Di pucuk-pucuk ilalang belalang berloncatan. Berloncatan di semak-semak rindu. Dan sebuah jalan melingkar-lingkar membelit kenangan terjal. Sesaat sebelum surya berlalu masih kudengar bunyi beduk bertalu-talu. (1990) Contoh 2: Ingin Dicinta** Karya: Candra Malik Ketika sendiri, siapa yang bersamamu? Apakah sepi, ataukah Rindu? Ketika kita bareng , apa yang kamu rasa? Apakah senang, ataukah derita? Siapa di antara kita yang berbohong? Siapa memelihara omong kosong? Tidakkah insan memang sebaiknya memiliki impian? Tidakkah manusia selayaknya ingin dicinta? Salatiga, 5 Desember 2015 Contoh 3: Tanda Mata*** Karya: Candra Malik Bagiku, engkaulah tanda mata. Sejak bertemu, konkret selamanya. Bagiku, engkau yaitu cahaya. Dari binarmu, tatapanku bermula. Bagiku, engkaulah pandangan. Di setiap waktu, di setiap ingatan. Bagiku, engkau arah menatap. Pada matamu, mataku berpulang. Denpasar, 22 Desember 2015 B. Contoh Puisi Baru Terzina**** Contoh 1: Di Atas Meja Karya: Joko Pinurbo Di atas meja kecil ini masih tercium harum darahmu di halaman-halaman buku. Sabda sudah menjadi aku. Saya akan dipecah-pecah menjadi ribuan kata dan bunyi. (1990) Contoh 2 Tengah Malam Karya: Joko Pinurbo Badai menggemuruh di ruang tidurmu. Hujan menderas, kemudian kilat, petir, dan ledakan-ledakan waktu dari dadamu. Sesudah itu seluruhnya reda. Musim mengendap di kacajendela. Tinggal ranting dan dedaunan kering berantakan di atas ranjang. Wajtu itu tengah malam. Kau menangis. Tapi ranjang menyimak suaramu sebagai nyanyian. (1989) Contoh 3: Di Kulkas, Namamu Karya: Joko Pinurbo Di kulkas masih ada gumpalan-gumpalan batukmu mengendap pada kaleng-kaleg susu. Di kulkas masih ada engahan-engahan nafasmu meresap dalam anggur-anggur beku. Di kulkas masih ada sisa-sisa sakitmu membekas pada daging-daging layu. Di kulkas masih ada bisikan-bisikan rahasiamu terseimpan dalam botol-botol waktu. (1991) Contoh 4: Gambar Hati Versi Penyair Karya: Joko PInurbo Seperti dua koma bertangkupan. Dua koma dari dua kamus yang berbeda dan tanpa komitmen bertemu di suatu puisi. (2007) *Disadur dari buku puisi “Selamat Menunaikan Ibadah Puisi” karya Joko PInurbo. **Disadur dari buku puisi “Asal Muasal Pelukan” karya Candra Malik. ***Idem. ****Semua acuan puisi terzina di postingan ini diambil dari buku “Selamat Menunaikan Ibadah Puisi” karya Joko Pinurbo. Demikianlah beberapa acuan puisi gres distikon dan terzina dalam bahasa Indonesia. JIka pembaca ingin menyaksikan beberapa contoh puisi gres lainnya, maka pembaca mampu membuka beberapa postingan berikut ini, ialah: acuan puisi quatrain, teladan puisi quint, pola puisi oktaf atau stanza, teladan puisi soneta, acuan puisi romance, acuan puisi elegi, dan acuan puisi balada. Semoga berfaedah dan mampu memperbesar wawasan bagi para pembaca sekalian, baik itu tentang puisi baru pada terutama, maupun mengenai materi pembelajaran bahasa Indonesia kebanyakan. Mohon dimaafkan jikalau terdapat kekeliruan di dalam artikel kali ini. Sekian dan juga terima kasih.
Sumber https://e-the-l.blogspot.com


EmoticonEmoticon